Rabu, 14 November 2012

Burung Kasuari Papua

Kasuari (Casuarius)
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom         : Animalia
Phylum             : Chordata
Subphylum       : Vertebrata
Class                : Aves
Order               : Struthioniformes
Family              : Casuariidae
Genus               : Casuarius
Species            : Casuarius sp
Anak burung kasuari terkadang dijadikan hewan peliharaan. Karena sangat lucu dan nurut kepada pemiliknya, bisa di ajak jalan-jalan kemanapun misalnya ke kebun, ladang dan ke rumah tetangga sekalipun. Pada Umumnya Anak Burung Kasuari memiliki warna yang berbeda dengan induknya, Anak kasuari memiliki bulu belang-belang antara hitam dengan kuning ke emasan.
Burung kasuari atau dalam bahasa latinya “Casuarius” Banyak tersebar di pulau Papua.  Satu-satunya pulau di indonesia yang di anugerahi begitu banyak kekayaan alam. Hewan ini tidak dapat terbang dan merupakan hewan endemik yang terbesar di Papua. Burung kasuari ditakdirkan memiliki daging yang berlimpah, telur yang besar-besar, tulang paha yang kuat dan bulu-bulu kasar yang berkilau.
Propinsi Papua  merupakan daerah Kawasan Timur Indonesia, yang kaya akan keaneka ragaman hayati, baik fauna maupun floranya. Keaneka ragaman fauna Papua dari jenis burung , ada 602 species dengan tingkat endemic 52%. Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae. Genus ini terdiri dari tiga spesies Kasuari yang berukuran sangat besar.
3 macam species itu Antara lain:

1. Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus)
2. Kasuari Gelambir-ganda (Casuarius casuarius)
3. Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti )
Daerah sebaran dari ketiga spesies ini adalah di hutan tropis dan pegunungan di Papua. Kasuari dilengkapi tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, Kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan.
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat musim kawin satwa ini bersifat nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan awal musim kawin, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina. Pertemuan jantan dan betina saat musim kawin, umumnya di daerah teritori atau di areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari betina telah menerima pejantan maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus sehingga terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila betina menolak maka
jantan akan diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi pada saat diluar musim kawin. Kasuari betina umumnya lebih besar dari jantan. Kasuari merupakan salah satu spesies yang melakukan perkawinan dengan system poliandri.
Seekor kasuari betina akan kawin dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan akan mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada clutch peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya, lebih banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya lebih banyak.
Menurut Coates (1986), musim kawin pada kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius) umumnya dari bulan Juni sampai Oktober tetapi paling sering Juli dan Agustus, sedangkan pada kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) masa kawin terjadi selama musim panas dan musim bertelur pada bulan Juni. Masa kawin pada kasuari kerdil (Casuarius bennetti) terjadi pada akhir musim hujan atau bulan Maret dan April. Kasuari jantan dan betina menduduki teritori tertentu pada saat bertelur. Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat dari daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke hutan meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan mempertahankan anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7 minggu jantan sibuk mengerami telur dan menjaga anaknya setelah menetas. Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman dari luar maka sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan perhatian predator terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga. Bagi pejantan sendiri merupakan sasaran yang penampilannya menyolok karena warnanya yang hitam kelam, sedangkan telur berwarna hijau dan anak kasuari bergaris garis coklat sehingga kemungkinan besar tidak akan terlihat oleh predator. Anak kasuari akan tinggal bersama kedua induknya sampai umur sembilan bulan sebelum mereka menjalani pola hidup soliter dan menduduki teritori atau home range sendiri (coates,1986).

Tingkah Laku Makan.                                                    
Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh makanan, yaitu:
(1) Tetap berada ditempat dan makanan datang sendiri,
 (2) Berjalan untuk mencari makan dan
(3) Menjadi parasit pada organisme lain (Arms dan Camp, 1979).
Tingkah laku makan kasuari seperti halnya tingkah laku lainnya, dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis makanan yang tersedia dan habitat. Faktor genetik seperti telah diuraikan diatas. Faktor suhu lingkungan dapat mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi. Pada suhu rendah, kasuari akan menkonsumsi makanan lebih banyak dari pada saat suhu lingkungan tinggi. Faktor jenis makanan yang tersedia berpengaruh terhadap tingkah laku makan, terutama dalam menggunakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan, mengambil dan memakan. Faktor habitat, baik insitu (alami) maupun eksitu (penangkaran) mempengaruhi tingkah laku makan yang berbeda. Kasuari dalam mengkonsumsi makanan, mengambil makanan dengan paruh, menjepitnya dan langsung menelannya tanpa mengalami pengunyahan dalam mulut. Cara makan seperti ini sama halnya dengan burung pemakan biji-bijian lainnya (Burton, 1985). Menurut Coates (1985), makanan kasuari di habitat alaminya berupa buah-buahan dan biji-bijian, serangga dan jaringan tumbuh-tumbuhan serta hewan kecil seperti udang dan ikan yang diperoleh dipinggiran sungai atau kali yang terdapat di hutan. Kasuari menghasilkan feces berupa tumpukan sisa buah atau biji yang tidak tercerna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar