Binatang purba ini, dipercaya menjadi penjaga keseimbangan ekosistem laut. Di mana ditemukan penyu, di situ dapat ditemui kekayaan alam laut yang melimpah. Penyu dapat ditemukan di semua samudera di dunia.
Namun, setiap tahun jumlah penyu terus menyusut. Manusia adalah predator utama yang membuat penyu makin langka. Penyu diburu untuk diperdagangkan daging dan telurnya. Bahkan kulit penyu banyak digunakan untuk membuat berbagai aksesoris. Padahal meskipun sekali bertelur, penyu betina mampu menelurkan hingga 100 butir lebih, namun yang mampu bertahan hingga menjadi penyu dewasa hanya berkisar 1 persen. Penyu memiliki sepasang tungkai depan sebagai kaki pendayung yang memberinya kelincahan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkeliaran di dalam air, hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 – 73 hari.
Jenis-jenis Penyu
Penyu satu ordo (Testudinata) dengan kura-kura dan bulus (labi-labi). Di dunia, saat ini hanya terdapat 7 jenis (spisies) dari 2 famili penyu, yaitu:
- Penyu Hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas)
- Penyu Sisik atau dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata)
- Penyu Lekang atau dikenal dengan nama Olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea)
- Penyu Belimbing atau dikenal dengan nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea),
- Penyu Pipih atau dikenal dengan nama Flatback turtle (Natator depressus)
- Penyu Tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead turtle (Caretta caretta)
- Penyu Kemp’s ridley (Lepidochelys kempi)
Konservasi Penyu
Semua jenis penyu dilindungi oleh Undang-undang internasional maupun Indonesia. Penyu Belimbing, Penyu Kemp’s Ridley, dan Penyu Sisik diklasifikasikan “sangat terancam punah” oleh The World Conservation United (IUCN). Sedangkan Penyu Hijau, Penyu Lekang, dan Penyu Tempayan digolongkan sebagai terancam punah. Hanya Penyu Pipih yang diperkirakan tidak terancam. Di Indonesia, semua jenis penyu dilindungi berdasarkan Peraturan pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Penyu menunggu hingga mencapai usia 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Siklus bertelurnya pun sangat lama antara 2-8 tahun sekali.Selain itu meskipu dalam sekali bertelur, penyu mampu mengeluarkan ratusan butir, namun hanya sekitar belasan tukik (bayi penyu) yang mampu kembali ke laut. Karenanya proses regenerasi penyu tidak banyak.
Sejumlah tempat di Indonesia telah ditetapkan sebagai wilayah konservasi penyu seperi di Pantai Selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh), Pantai Selatan Bali, Sungai Cabang, Kalimatan Tengah, Alas Purwo, Jawa Timur, Pantai Selatan Lombok, Jamursba Medi (Irian), Pesisir Tenggara Sumatera (Pulau Banyak, Pulau Siberut, Pulau Pagai Utara – Kepulauan Mentawai), Kepulauan Karimunjawa, Pulau Bawean dan lain-lain.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan penyu?. Antara lain dengan tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari penyu (daging dan telur) serta tidak menggunakan barang-barang yang terbuat dari cangkang penyu, tidak membuang sampah plastik (penyu sering mati karena memakan sampah plastik yang dikiranya ubur-ubur) dan benda-benda lain yang berbahaya ke dalam laut.
Tak kalah penting, tidak mengganggu penyu yang sedang bertelur karena penyu dapat berhenti bertelur bila merasa terancam dan tidak mengambili telur-telur penyu karena akan menghancurkan populasi mereka, penjaga kesehatan terumbu karang kita.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata. Kelas: Sauropsida. Ordo: Testudinata. Upaordo: Cryptodira. Superfamili: Chelonioidea (Bauer, 1893). Genera: Familia Cheloniidae (terdiri: Caretta, Chelonia, Eretmochelys, Lepidochelys, Natator); Familia Dermochelyidae (terdiri: Dermochelys); Familia Protostegidae (hanya fosil); Familia Toxochelyidae (hanya fosil); Familia Thalassemyidae (hanya fosil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar